Minggu, 28 Agustus 2011

Festival Nasyid & Marawis Rebana 2011 Purwokerto, Jawa Tengah

Tahun ini Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto khususnya dari teman-teman Unit Kegiatan Islam FISIP UNSOED bekerjasama dengan RRI Purwokerto akan mengadakan perhelatan akbar, yaitu akan mengadakan Festival Nasyid dan Marawis se-Jateng dan DIY. Diharapkan dengan diadakan even ini akan semakin membumikan seni Islam di Indonesia, khususnya wilayah Jateng dan DIY. Event ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi tim Nasyid dan Marawis untuk mengasah kemampuannya dalam melantunkan irama nasyid dan marawis, apalagi dengan hadiah yang menjanjikan. Tunjukkan semangatmu dan ini syarat mengikuti lombanya.

Ketentuan Umum Mengikuti Kompetisi Lantunan Syiar Islami (Kompilasi)

a. Lomba Marawis Rebana

  1. Kuota peserta sebanyak 15 grup
  2. Tiap grup terdiri dari 8-15 orang
  3. Peserta dibebaskan untuk memilih sendiri lagu yang akan ditampilkan
  4. Durasi tampil maksimal 15 menit, meliputi 10 menit tampil dan 5 menit persiapan
  5. Peserta akan tampil di atas panggung
  6. Alat musik tampil standar terbuat dari kulit seperti genjring, bedug, dengan tambahan kicrik disiapkan oleh masing-masing peserta
  7. Peserta wajib mengikuti technical meeting tanggal 21 September 2011 Pkl. 13.00 di Aula Kampus FISIP Unsoed

Jumat, 20 Mei 2011

Essay Kritik: Agama Adalah Candu Masyarakat dan Sistem Ekonomi Kapitalis

Ada benarnya ketika penulis buku Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan (Gramedia, 2007) yaitu Ahmad Suhelmi, menyampaikan pendapatanya tentang pemikiran Karl Marx bahwa agama adalah candu masyarakat dan sumber dari adanya perbedaan kelas-kelas sosial, yakni dalam membaca pandangan Marx kita perlu memahami psikologinya. Maksudnya adalah sebagai seorang kritis dari trauma psikologisnya terhadap sejarah gereja Abad Pertengahan, antipati dan sinisme Marx terhadap agama tidak lain merupakan perlawanannya terhadap penyimpangan kekuasaan gereja, seperti eksploitasi agama untuk kepentingan kekuasaan dan maupun pembantaian massal atas nama Tuhan dan gereja oleh inkuisisi. Menurutnya, trauma psikologis ini yang membentuk gagasan Marx tentang agama.
Dalam tataran ini saya sependapat dengan apa yang diargumenkan oleh saudara Ahmad Suhelmi. Karena secara maklum, pemikiran atau gagasan seseorang tentang sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Namun, yang lantas saya ingin kritisi adalah, tesis Marx tentang agama itu sendiri dan jikalau kemudian para pelanjut pemikir Marx atau yang disebut Kaum Marxis mengeneralisasikan hipotesa Marx bahwa agama adalah candu masyarakat adalah berlaku bagi semua agama. Saya katakan dengan tegas, itu tidaklah berlaku sama sekali. Dalam pembahasannya nanti saya akan kemukakan pandangan kritis saya dari sudut pandang Islam –salah satu sebagai agama di dunia-, dan juga menukil beberapa pendapat dari cendekiawan muslim tentang Marxisme yaitu Prof. Dr. Yusuf Qaradhawi.

Jumat, 08 April 2011

Bekal Intelektual, Bekal Ukhuwah

Sepatutnya kita bersyukur kehadirat Allah swt, yang telah melahirkan kita di Negara berpenduduk agama Islam, sekaliber terbesar di jagad dunia, yaitu Negara Indonesia. Negara yang relatif stabil dalam hal politik dan keamanan, hanya sebagian kecil konflik muncul ke permukaan dari luasnya wilayah Negara ini, itupun dalam teritorial daerah ataupun kesukuan, tidak dalam teritorial Negara keseluruhan. Kita ini beruntung, bisa saja Allah swt berkehendak melahirkan kita di Negara yang rawan konflik antarmanusia, antarnegara. Kita tidak perlu risau memikirkan rudal Israel yang kapan saja bisa mengenai pemukiman warga Palestina. Kita seharusnya bisa lebih khusyuk beribadah sebagai muslim, ketika di lain waktu dan tempat muslim Amerika Serikat dan pula Perancis menghadapi tantangan isu islamophobia. Bahkan bisa saja, perjuangan kita dalam mengaplikasikan kehidupan sebagai muslim masih kalah jauh dari perjuangan muslim Xinjiang di Cina, menetap di daerah terpelosok sebagai minoritas, dan menjalani kehidupan dibawah tekanan pengusiran dari pemerintah dibalik kepentingan ekonomi, karena tanah Xinjiang terkenal kaya akan sumber minyak bumi.
Kejadian-kejadian tersebut dapat menjadi sebuah cerminan mendalam bagi Negara Indonesia dengan penduduk berkeyakinan muslim terbesar di jagad dunia. Justru ditengah desingan peluru dan bombardir rudal Israel, warga Palestina baik itu di bagian Tepi Barat ataupun di bagian Jalur Gaza, dapat menghimpun kekuatan untuk mencounterattack serangan-serangan tentara Israel. Jangan ditanya, mereka berani mengorbankan tubuhnya berhadapan dengan tank sekaligus, atau hanya menggunakan senjata katapel berpelurukan batu, dengan alasan kuat ingin menyelamatkan masjid Al-Quds dan pemukiman warga. Tentunya bukan aksi seheroik itu yang kita lihat, melainkan sebuah hikmah dimana sebagai seorang muslim bukanlah sebagai identitas semata, melainkan memvisualisasikan nilai-nilai muslim dalam kehidupannya. Karena Muslim Palestina sadar, mereka tidak ingin hidup terjajah, mereka ingin hidup merdeka dan mandiri terutama dalam membangun negaranya.

Minggu, 20 Maret 2011

Umayyah binti Qais al-Ghiffariah, Sang Perawat di Medan Jihad


Sebuah kalung dihadiahkan Rasulullah SAW atas keberanian Umayyah binti Qais al-Ghiffariah turun ke medan Perang Khaibar. Meski seorang perempuan, keberanian Umayyah untuk membela agama Allah SWT sungguh luar biasa. Ia membela agama Allah sesuai dengan kemampuannya.

Wanita pemberani itu turun ke medan perang untuk membantu dan merawat para sahabat yang terluka. Kalung yang disematkan Rasulullah SAW di leher Umayyah, merupakan tanda kekaguman atas pengorbanan dan keberanian sang perawat mujahidah.

Umayyah berasal dari suku Ghiffar, keturunan Abu Dzar al-Ghiffari. Pada saat masih belia, cahaya iman yang ditebarkan Rasulullah SAW menyinari harinya. Ia pun rela menempuh perjalanan jauh demi bertemu tokoh idola sepanjang zaman, Rasulullah SAW. Umayyah menghadap Rasulullah dan berjanji untuk membantu perjuangan dakwah Islamiyah.

Moment of the moment UKI FISIP

Free SMS

blog free download