Kamis, 03 Maret 2011

Awal Mula peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW bermula pada masa pemerintahan Bani Taimiyah, kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbas oleh penguasa Al Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) Sultan Salahuddin Al Ayyubi (Soultan Saladin). Perintah merayakan Maulid ini disampaikan pertama kali pada musim Haji 579 H (1183 Masehi). Sebagai penguasa dua tanah suci kala itu, atas persetujuan Khalifah Bani Abbas di Baghdad, Sultan mengimbau agar seluruh jamaah haji seluruh dunia jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kepada masyarakat Islam dimana saja berada. Maksud Sultan Salahuddin merayakan tradisi ini selain bentuk cintanya pada Rasul juga sebagai cara membangkitkan semangat juang umat Islam yang kala itu kehilangan semangat juang dan persaudaraan ukhuwah ketika terjadi perang salib.


Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi, peringatan seperti itu tidak pernah ada. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah terlarang. Salah satu kegiatan yang diadakan Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H), menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi. Penyair Ahmad Syauqi menggambarkan kelahiran Rasullulloh dalam syairnya yang indah: “Telah dilahirkan seorang Nabi, alam pun bercahaya, sang waktu pun tersenyum dan memuji”.
 
Maulid Nabi memang bukan hari besar Islam kalau dilihat dari pandangan al Quran dan Hadis. Nabi pun tidak menganjurkan harinya diperingati. Akan tetapi, sebagai bentuk penghormatan, kita setidaknya mengingat hari lahirnya Nabi yang kita cintai. Seorang yang diberi hidayah Allah sebagai penerang, pembawa ajaran hinggan akhir jaman.
 
Dalam Madarirushu'ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa'at kepadanya di Hari Kiamat." Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
 
Marilah kita turut serta dalam kebahagiaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan itu tidak harus mewah, besar, dengan mengundang puluhan hingga ratusan orang. Banyak pula yang sekedar merenung, mengulang seluruh kegiatan, baik kegiatan sehari-hari, kegiatan di Kampus, atau juga seluruh kegiatan yang telah dilakukan selama setahun. Karena, merenung dan mengevaluasi segala kegiatan kita, kita menjadi manusia yang selalu ingat. Dan karunia bagi orang yang ingat adalah diberikan penerang dan hidayah baginya.…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Moment of the moment UKI FISIP

Free SMS

blog free download