(Khalifah Umar r.a).
Seperti tahun–tahun sebelumnya pada tanggal 20 Mei tahun ini pun, bangsa Indonesia akan memperingati suatu hari yang bersejarah. Hari itu dikenal sebagai hari kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional terdiri dari dua buah kata yaitu kebangkitan dan nasional. Kebangkitan sendiri berasal dari kata bangkit yang ditambah dengan imbuhan ke-an, Bila kita melihat dari KBBI bangkit memiliki arti bangun atau hidup kembali. Sedangkan nasional memiliki arti berkenaan dengan atau berasal dari bangsa itu sendiri. Maka bila dilihat dari asal kata yang membangunnya kebangkitan nasional dapat diartikan sebagai saat dimana bangsa Indonesia memiliki keinginan untuk hidup kembali setelah sekian lama dijajah oleh bangsa asing.
Sejarah kebangkitan nasional
Dari segi sejarah sendiri pun kebangkitan nasional ini bisa lahir karena keinginan pemuda untuk lepas dari kolonialisme Belanda. Selama Belanda menjajah Indonesia, mereka melakukan pembodohan terhadap rakyat Indonesia yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa lain. Ketertinggalan bangsa Indonesia dalam berbagai macam aspek kehidupan bila dibandingkan dengan bangsa lain ini membuat R. Soetomo sebagai motor dan kalangan pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan perhimpunan di kalangan para pelajar guna menambah pesatnya usaha mengejar ketertinggalan bangsa. Pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 1908 pukul 9 pagi Setelah segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi nama perkumpulan yang mereka resmikan. peresmian “Boedi Oetomo’ inilah yang menjadi cikal bakal dari hari kebangkitan nasional.Tanggal 20 Mei 1908 merupakan sebuah momentum bersejarah yang tertulis bagi bangsa Indonesia. Dimana terjadi sebuah perubahan untuk memerdekaan suatu negara yang dulunya dilakukan dengan cara kontak fisik kemudian berubah menjadi sebuah gerakan diplomasi melalui organisasi-organisasi yang menjadi sarana untuk melawan penjajah pada saat itu, yaitu Belanda. Gerakan kebangsaan Budi Oetomo tersebut kemudian dengan cepat berkembang dan meluas sehingga menghasilkan sumpah pemuda pada tahun 1928 yang merumuskan paham kebangsaan secara lebih tegas dan akhirnya sampailah pada puncak dalam proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Kondisi saat ini
Setelah itu bangsa Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari Bangsa penjajah yang lainnya. Bangsa penjajah menginginkan kita terpecah belah dan menginginkan kita selalu dalam genggaman mereka. Bangsa Penjajah (Barat) pada saat era sekarang menerobos kemerdekaan kita dengan paham-paham seperti Liberalisme yang terdiri dari Budaya Free sex, Budaya Narkoba, tidak luput juga ada Demokrasi dan Budaya-budaya yang menganut kebebasan lainnya, Kapitalisme yang terdiri dari yang namanya Riba, dan Budaya negative dari Barat, yang semua itu dilakukan mereka bukan melalui perang fisik melainkan perang pemikiran. Kondisi inilah yang justru menggambarkan bangsa Indonesia itu belum merdeka dari para penjajah.
Peran pemuda
Mengapa pemuda?. Dalam setiap peristiwa baik yang dicatat dalam sejarah ataupun tidak, tidak dapat dipungkiri pemuda mempunyai andil yang besar dalam menyelesaikan masalah. Pada zaman Rasulullah para pemudalah yang banyak menerima sekaligus memperjuangkan risalah beliau. Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam,, Ja’far bin Abi Thalib, Utsman bin Affan adalah beberapa nama shahabat Rasul sekaligus pejuang Islam yang sudah menjadi syaifullah saat mereka masih muda. Pada saat mantan presiden Soeharto dengan amat terpaksa melepas kekuasaannya pun tak lepas dari desakan pemuda, dalam hal ini adalah mahasiswa. Begitu pula dengan kebangkitan nasional dipelopori oleh pemuda.
Lalu setelah 101 tahun berlalu, bagaimanakah pandangan Mahasiswa sebagai pemuda masa kini terhadap Kebangkitan Nasional? Beberapa mahasiswa mengakui tidak mengetahui tanggal Hari Kebangkitan Nasional diperingati. Bahkan banyak dari mereka yang tidak tahu bagaimana sejarah dari Hari Kebangkitan itu sendiri dan memilih sikap “bodo amat” terhadap kebangkitan nasional. Ironis memang, pada saat Mahasiswa yang dianggap sebagai agent of change, ujung tombak dari perubahan zaman yang memegang peranan penting pada nasib bangsa Indonesia dikemudian hari malah bersikap acuh dan skeptis akan sejarah bangsanya sendiri. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam surat yusuf ayat 111:
“ Sesungguhnya pada kisah – kisah mereka itu terdapat terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal.”
Dalam surat tersebut sudah tergambar dengan jelas bahwa Allah SWT pun mengatakan. Manusia sebagai mahluk yang berakal dapat mengambil pelajaran dari suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sikap acuh dan masa bodo ini merupakan akibat buruk dari modernisasi dan globalisasi. Mahasiswa yang belum siap dengan globalisasi dapat dengan mudah terpengaruh oleh budaya asing, karena filter yang kurang maka timbulah liberalisme, perilaku konsumtif, apatisme dalam jiwa mereka. Tawuran, seks bebas, masalah narkoba, HIV/AIDS, fenomena pemurtadan agama, terjadinya sekularisme, konflik SARA di berbagai daerah, aksi seperatisme, dan berbagai tindak kriminalitas hingga kini terus mencoreng wajah mahasiswa di Negara yang kita cintai ini.
Akankah hal ini kita biarkan terus menerus?. Hingga nanti akhirnya peringatan Hari Kebangkitan Nasional benar – benar dianggap suatu ceremonial belaka?. Bila kita tak mau hal itu terjadi, marilah kita yang dianggap sebagai kaum intelektual ini menggunakan momentum Kebangkitan Nasional sebagai waktu untuk bertafakur. Menyalakan kembali obor pembakar semangat untuk terus maju mengisi kemerdekaan dan melawan penjajahan dalam bentuk baru. Memposisikan diri dan menancapkan cakar indonesia di dunia Internasional, bangkit dari keterpurukan. kebangkitan nasional juga dijadikan sebagai tonggak dari kebangkitan karakter mahasiswa.
Seharusnya masyarakat Indonesia lebih peka terhadap keadaan yang terjadi disekitar. Kita harus segera membentengi diri dari sistem-sistem yang kufur yang berasal dari Barat. Di zaman modern ini, seharusnya organisasi-organisasi Islam yang ada harus dapat bersatu, bukannya saling menutup diri terhadap organisasi Islam lainnya sehingga ukhuwah Islamiyah bukan hanya menjadi slogan saja. Jadikan hari kebangkitan nasional ini sebagai penyemangat kita untuk melakukan perubahan kea rah yang lebih baik dibandingkan hal-hal yang sebelumnya. Karena sudah dituliskan dalam ayat al-qur’an bahwasannya:
“Allah tidak akan merubah suatu kaum, hingga kaum tersebut merubah nasibnya sendiri”.
Filosofinya ketika bangsa Indonesia ingin berubah ke hal yang lebih baik harus melalui sebuah pengobanan baik itu tenaga, harta, maupun waktu. Jangan hanya diam dan pasrah saja melihat kondisi bangsa kita seperti saat ini, karena imperialisme barat semakin mahir menggrogoti bangsa kita melalui berbagai macam media. Kita juga harus mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita sehingga tidak lagi dipengaruhi oleh barat. Dalam firman Allah disebutkan bahwa :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Q.S Al-A’raf 7 : 96).
(Azmi, Abdur, Shoful)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar