Senin, 31 Januari 2011

Muqodimmah

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Al Anfal: 27)

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
            Segala puja dan puji syukur hanya pantas kita panjatkan kehadirat Allah swt. Dialah dzat Maha Agung yang dapat membolak-balikan perputaran roda kehidupan, supaya setiap manusia memiliki pelajaran (hikmah) atas apa yang terjadi di muka bumi ini. Kemenangan dan kejayaan berlaku adalah bukan semata-mata menjadi tujuan akhir, melainkan proses menuju kemenangan dan kejayaan yang menjadi catatan amal. Sedangkan kekalahan adalah berlaku karena manusia telah melalaikan proses menuju kemenangan dan kejayaan tersebut.
Namun sebuah niscaya, kemenangan dan kejayaan akan tetap berada di pihak yang benar, karena ini adalah anugerah. Namun bukan berarti pula, pihak yang benarpun tidak pernah mendapatkan kekalahan. Pihak yang benar pernah mendapatkan kekalahan, namun itu menjadi pelajaran (hikmah) baginya. Maha Suci Allah yang mendesign itu semua. Shalawat serta salam tak lupa kita berikan kepada sosok teladan sepanjang masa di berbagai spektrum kehidupan, Nabi Muhammad saw.
Do’a serta harap pula senantiasa mengalir kepada seluruh aktifis dakwah kampus, yang tanpa risau selalu siap sedia mencurahkan segala kemampuan dan segenap potensi yang dimiliki, guna mewujudkan regenerasi kader-kader pemuda berkarakter Islam secara stabil lagi konstan dan guna mensyi’arkan nafas nilai-nilai kehidupan Islam, demi menyongsong setahap demi setahap terwujudnya mimpi kehidupan kampus Islami.
            Saudaraku seiman dan seperjuangan,… Betapa disadari atau tidak, Allah swt telah menurunkan kehendaknya mempertemukan kita semua berkumpul di dalam sebuah barisan. Sebuah barisan yang sebelumnya tidak pernah terlintas di dalam benak fikiran kita.
            Saudaraku seiman dan seperjuangan,… Kita semua pasti sepakat di kemudian waktu bahwa tujuan kehidupan kita adalah menuju titik kesuksesan. Sedangkan kesuksesan hanya dapat digapai dengan jalan kesibukan (produktifitas). Waktu-waktu kita digunakan untuk mencari kesibukan-kesibukan, sehingga kita terbiasa untuk memanajemen waktu-waktu yang bergulir dengan baik. Sedangkan kemalasan, hanya akan mengisi waktu dengan kekosongan-kekosongan (tidak produktifitas), adapun itu namun bersifat stagnan.

“Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir” Ali Bin Abi Thalib ra

            Unit Kerohanian Islam (UKI) FISIP adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bertujuan untuk mencetak mahasiswa/i berkarakter Islam untuk kemudian turut mensyi’arkan nafas nilai-nilai kehidupan Islam khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Potensi, kekuatan dan keunggulan sudah dimiliki secara alamiah oleh UKI. Mahasiswa/i yang memilih bergabung dengan UKI lebih karena ingin mendalami ajaran agama Islam. Mahasiswa/i tersebut disamping ingin mendalami ajaran agama Islam, juga memiliki potensi bakat dan  potensi keilmuan. Sehingga jadilah ketika memasuki sistem UKI, yakni sebagai lembaga eksekusi amal dakwah, disamping terus mendapatkan ajaran agama Islam secara lebih mendalam dan sistematis (Baca: Melalui Pembinaan Kader), mahasiswa/i tersebut dapat langsung mempraktekan ajaran agama Islam. Lebih daripada itu, sistem UKI sebagai lembaga eksekusi dakwah telah memiliki visi dan misi yang sudah baku (Baca: Tercantum dalam AD/ART dan GBHK Organisasi) yakni menuju Kampus Islami tahun 2020, sehingga tuntutan regenerasi kader-kader pemuda berkarakter Islam secara stabil lagi konstan dan Syi’ar Islam secara kontekstual, boleh dikatakan menjadi sebuah kewajiban.
            Melihat penjabaran diatas, adakah yang harus dirisaukan? Logikanya memang tidak ada. Sistem UKI terus mencetak mahasiswa/i menjadi seorang pemuda yang belajar sambil beramal, sedangkan amal tersebut dapat disesuaikan dengan tuntutan Syi’ar Kontekstual. Misal, kader UKI tersebut memiliki tingkat potensi keilmuan yang baik dan prestatif, maka syi’ar kontekstualnya adalah menjadi teladan sebagai intelektual muslim.
            Lalu, kita pasti berfikir, sudahkan semua itu benar-benar terwujudkan? Apalagi 2020 itu, hanya berjarak 10 tahun dari sekarang. Sebuah jarak yang dekat dari pencanangan serius menuju sebuah ketercapaian visi dan misi. Namun, semua rancang design-Nya tidaklah pasti menyisakan kesia-siaan. Mari kita ingat lagi ketika pertama kali kita memasuki sebuah barisan, barisan dalam Unit Kerohanian Islam. Dalam sebuah proses singkat, barang 1 atau 2 tahun, kita sudah mengenal kata-kata penuh makna lagi menguatkan. Qiyadah wal jundiyah, tsiqoh, azzam, hamasah, dan paling fenomenal ukhuwah. Barangkali proses ini, masih dalam keterbatasannya, menjadi landasan-landasan dasar menuju kampus Islami 2020. Setiap pengorbanan baik harta maupun waktu, peluh keringat, sampai keluh kesah insyaallah menjadi catatan amal.
            Saudaraku seiman dan seperjuangan,… Jikalau kita sudah meyakini dengan keberadaan di Unit Kerohanian Islam ini, yakni dapat membawa perubahan diri kita ke dalam kehidupan yang lebih baik dan terkondisikan. Maka satu saja, mari kita “lurus kontekstualkan” kereta internalisasi nilai-nilai dakwah di dalam diri kita. Mari kita maksimalkan dengan baik potensi bakat dan potensi keilmuan yang pasti semua kita memilikinya, agar menjadi waktu kesibukan (produktifitas) yang penuh teladan.
            Saudaraku seiman dan seperjuangan,… Dalam proses singkat itu pulalah, kita sebagai manusia biasa, pasti pernah merasakan grafik iman yang turun naik, bahkan turun menukik tajam, kata-kata stigma mengerikan seperti futur,’ ajz, ataupun ashobiyah, menjadi sterotype tersendiri. Wajar sangatlah wajar. Namun janganlah lantas kita mundur dan merasa tidak mampu bangkit. Meminjam teori Umar bin Khattab, teori keseimbangan, inilah yang menjadi penyebab ketika sedang mengalami futur kemudian malah mundur jauh. Penjelasannya yakni, ada orang-orang shalih yang lemah dan tidak berdaya serta ada orang-orang jahat yang kuat dan perkasa. Yang pertama berarti kebaikan bertemu dengan kelemahan, sedangkan yang kedua berarti kejahatan bertemu dengan kekuatan. Keseimbangan akan tercipta, jika situasi menjadi orang-orang shalih yang kuat dan perkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Moment of the moment UKI FISIP

Free SMS

blog free download