Munculnya Dorongan
Fenomena aliran sesat itu bukan sesuatu yang gampang saya mengerti. Itu tidak seperti tersesat di pasar, atau di gang-gang kampung. Ini adalah fenomena yang delicate, halus, tapi rumit. Makanya, ketika ada protes menentang aliran sesat dan diikuti aksi main hakim sendiri, saya teringat kalau orang Indonesia pada umumnya itu sangat peduli pada masalah etis. Tetapi, giliran ada orang korupsi dan kolusi, satu sama lain mingkem tidak berani protes, apalagi main hakim sendiri. Rata-rata begitu ya? Bukankah masalah yang terangkat menjadi topik nasional biasanya tentang hal-hal etis, yang biasanya berkaitan dengan agama, nilai masyarakat,... harga diri?
Yah sudahlah, pelan-pelan nanti bisa imbang sendiri. Tetapi kita tidak bisa bohong kalau masalah pluralitas memang sering mengerus keutuhan negeri ini, kadang-kadang pada level yang sangat mengerikan. Saya tidak bilang kalau keberagaman itu harus dirayakan lho. Tapi suka atau tidak suka, itu adalah takdir yang menjadi tanggung jawab bersama ketika kita berbagi tanah ini.
Tentu saja, saya tidak membenarkan apa yang dilakukan oleh penganut aliran yang barusan naik daun itu, tetapi menolaknya tidak berarti harus menjebloskannya ke kantor polisi atau menghalangi mereka untuk beribadah. Berbicara tentang kepercayaan adalah sesuatu yang sangat khusyuk dan Ilahi sehingga keragaman memahami Tuhan memang sangat mungkin terjadi. Malah, bagi banyak orang, memahami kebenaran adalah sebuah proses pencarian tiada henti, bukan sebuah status quo yang stagnan. Jika di tengah jalan salah, ya namanya juga manusia, salah itu wajar. Yang tidak wajar itu kalau yang lain diam saja, atau justru menghakimi kesalahannya.
Sebagai umat yang baik, hal termanis yang bisa kita lakukan adalah membimbing dan meluruskan mereka yang tersesat, bukan menghakimi dan menghukum, karena hukuman biasanya hanya bisa meluruskan tindakan, tapi tidak membenahi yang di dalam hati. Memang sih, membimbing itu butuh tenaga, otak, dan hati. Tetapi untuk meluruskan zat yang selembut dan serumit hati, kita memang tidak punya banyak pilihan.
Membedah Anatomi Aliran Sesat
Perjuangan selalu mendapat dua tantangan. Tekanan dari luar dan duri dalam daging. Ada banyak pola yang mencoba untuk meruntuhkan bangunan Islam, termasuk aliran-aliran sesat yang mengeruhkan sejarah gemilang. Aliran sesat tampak makin marak, bahkan mengalami euforia (mabuk kebebasan) di masa Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menduduki jabatan sejak Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001. Dari ruwatan kemusyrikan sampai JIL (Jaringan Islam Liberal) yang tak mengakui hukum Tuhan muncul secara resmi. Hingga ada tokoh aliran sesat yang keceplosan, "Mumpung presidennya Gus Dur." Orang mulai bingung. Lantas terbit buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, 2002, terbelalaklah masyarakat. Ada yang simpati, tapi ada yang gerah.
Dari pihak sesat pun berkelit bahwa yang berhak menentukan sesat itu hanyalah Tuhan. Si sesat masih berteriak pula bahwa yang mengorek kesesatan itu pemecah belah. Kita harus menyadari bahwa yang menyatukan hati itu adalah Allah, bukan kita (lihat QS 2: 62-63).
Adanya persatuan itupun hanya kalau berada pada ketaatan kepada Alllah dan Rasul-Nya. Bila tidak, maka akan bercerai berai. Dalam hadits ditegaskan:
Nu'man bin Basyir berkata, Rasulullah saw menghadapkan wajahnya kepada para manusia, lalu bersabda: Tegakkanlah shaf-shaf (barisan shalat) kalian (diucapkan) tiga kali. Wallahi, kamu sekalian mau menegakkan shaf-shafmu atau (kalau kalian tidak mau) maka Allah pasti akan mencerai beraikan di antara hati-hati kalian." Nu'man berkata, maka aku lihat seorang lelaki melekatkan pundaknya dengan pundak temannya (dalam shaf shalat), dengkulnya dengan dengkul temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya" (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Pengertian sesat
Sesat atau kesesatan itu bahasa Arabnya dhalal. Yaitu setiap yang menyimpang dari jalan yang dituju (yang benar) dan setiap yang berjalan bukan pada jalan yang benar, itulah kesesatan. Dalam al-Qur'an disebutkan, setiap yang di luar kebenaran itu adalah sesat (lihat QS Yunus: 32). Kebenaran hanya datang dari Allah.
Pertanyaannya kini, kebenaran dari Allah itu adanya di al-Qur'an dan as-Sunnah, namun cara pemahamannya/penafsirannya model apa? Pertanyaan itu sudah ada jawabannya, dalam hadits tentang 73 golongan, riwayat At-Tirmidzi. "Siapakah dia (golongan yang satu-yang selamat dari neraka-itu) wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "(Mereka yang mengikuti apa) yang aku dan sahabatku berada di atasnya."
Pertanyaannya kini, kebenaran dari Allah itu adanya di al-Qur'an dan as-Sunnah, namun cara pemahamannya/penafsirannya model apa? Pertanyaan itu sudah ada jawabannya, dalam hadits tentang 73 golongan, riwayat At-Tirmidzi. "Siapakah dia (golongan yang satu-yang selamat dari neraka-itu) wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "(Mereka yang mengikuti apa) yang aku dan sahabatku berada di atasnya."
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, penulis Lamhah 'anil firaq adh-dhaallah, Membongkar Firqah-Firqah Sesat, berkomentar. Ketika Rasulullah ditanya tentang siapakah satu yang selamat itu, beliau menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang menempuh jalan seperti yang aku dan sahabatku tempuh." Maka barangsiapa yang tetap di atas jalan yang ditempuh Rasul saw dan para sahabatnya, maka dia termasuk yang selamat dari neraka. Dan barangsiapa yang menyelisihi dari hal tersebut sesungguhnya dia diancam dengan neraka sesuai dengan kadar jauhnya.
Maraknya Di Indonesia
JAKARTA, SENIN - Aliran sesat dan menyesatkan yang mengkaitkan diri dengan ajaran Islam bermunculan di Indonesia antara lain karena dakwah belum dilakukan secara meluas dan menyentuh segenap kaum Muslim di Tanah Air. "Boleh jadi adanya paham-paham baru yang bertentangan dengan akidah Islamiyah ini disebabkan karena dakwah yang belum meluas dan mendalam ke seluruh umat," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin kepada wartawan dalam acara halal bi halal Muhammadiyah di Jakarta, Senin (29/10) malam.
Menurut Din, hal tersebut dapat terindikasi dari masih minimnya jumlah orang Islam yang masuk ke dalam salah satu ormas Islam di Tanah Air.
Din mengungkapkan, dari sekitar 190 juta umat Muslim di Indonesia, baru sekitar 100 juta orang yang bergabung dengan beragam ormas Islam. "Untuk itu, umat Islam harus bermuhasabah (introspeksi diri) karena mungkin dakwah yang kita lakukan masih berputar-putar di lingkungan tertentu saja," katanya.
Mengenai aliran sesat Al Qiyadah Al Islamiyah, Din berpendapat agar para pengikutnya yang telah disesatkan untuk dirangkul dan ditarik agar kembali ke jalan yang lurus. Namun, lanjutnya, bila mereka tidak ingin kembali maka diharapkan agar aliran yang mereka junjung jangan dikaitkan dengan agama Islam. "Selama mereka masih mengkaitkan tetapi sebenarnya mereka melanggar akidah Islamiyah maka hal itu bukanlah kebebasan agama tetapi sudah menjadi penghinaan terhadap agama," ujar Din.
Ia menyarankan agar pemerintah jangan lambat dan bertindak tegas karena kasus aliran sesat Al Qiyadah Al Islamiyah berpotensi untuk memburuk dan menimbulkan keresahan yang luas di masyarakat.
Din juga mengatakan, sebab lainnya dari munculnya berbagai aliran sesat juga karena adanya kebebasan yang kebablasan dari alam reformasi sehingga orang dapat membuat berbagai organisasi tertentu. Untuk masa mendatang, ia berpendapat, tidak ada jaminan bahwa sebuah pemikiran atau keyakinan dapat "dibunuh" begitu saja. "Cara yang paling baik adalah melalui penyadaran, yaitu bagaimana kita sentuh hatinya dan kita kembalikan ke jalan yang benar," kata Din.
MUI: 10 (Sepuluh) Kriteria Aliran Sesat
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat. Apabila ada satu ajaran yang terindikasi punya salah satu dari kesepuluh kriterai itu, bisa dijadikan dasar untuk masuk ke dalam kelompok aliran sesat
- Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
- Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
- Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
- Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
- Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
- Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
- Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
- Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
- Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
- Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
[Lia A. Kom'06]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar